• Arsitektur tradisional tionghoa dan perkembangan kota

    Arsitektur tradisional tionghoa dan perkembangan kota

    • Pratiwo
    • Ombak
    • 2010
    • 978-602-8335-34-8
    Sinopsis

    sejarah tidak pernah dituliskan dengan gembira. setidaknya, tidak segembira sinta dan jojo. atau norman kamaru. briptu yang bergoyang india. sejarah selalu dituliskan dengan tinta darah. dan air mata. begitulah kesan pertama yang saya dapat ketika mulai membaca buku ini di bab-bab awal. tapi buku ini menjadi penting karena dari sini kita bisa tahu bahwa feng shui yang menjadi panduan kehidupan – juga penataan ruang – orang cina tidak berangkat dari mumbo jumbo atau takhayul. kondisi geografis di cina sanalah yang menjadi dasarnya. laut cina di selatan, laut pasifik di timur, gurun gobi di utara, dan pegunungan himalaya di barat. kalau kemudian ini diterjemahkan sebagai phoenix merah, naga biru, kura-kura hitam, dan macan putih, saya rasa hanyalah simbol untuk memudahkan komunikasi saja. mirip dengan lambang phi, beta, atau gamma dalam matematika dan fisika. berangkat dari sini, kita kemudian bisa menelusuri bagaimana orang-orang cina [tionghoa] kemudian mengejawantahkan feng shui ini pada kondisi geografis di indonesia yang tentu saja berbeda dengan cina dan, selanjutnya, pada kondisi-kondisi mikro – rumah dan lanskapnya. buku ini secara khusus mengambil sampel di kota semarang dan lasem untuk membandingkan perkembangan arsitektur tionghoa di indonesia di kota besar dan kota yang lebih kecil. dari sini penulisnya – pratiwo – akan bergerak ke sembilan kota lain di pesisir timur laut jawa tengah. kita akan dibawa berwisata ke pecinan-pecinan di bunyaran, demak, kudus, pati, juwana, rembang, welahan, jepara, dan tayu – selain semarang dan lasem tentunya. secara minor akan dibahas juga bagaimana arsitektur itu sebenarnya tidak pernah monolitik. selain kondisi geografis indonesia, atau jawa khususnya, kita akan bersimpangan juga dengan arsitektur kolonial yang dibawa arsitek-arsitek belanda. bahkan kita akan lihat bagaimana pemerintah dengan kebijakan-kebijakannya akan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur dan kota. tidak hanya kebijakan pemerintah belanda, tapi juga pemerintah indonesia di masa orde baru. jadi benarlah sebuah pameo bahwa selain bencana alam dan hama wereng, negara – dengan pemerintah sebagai aparatnya – juga memberikan sumbangan yang tidak sedikit pada kacaunya peradaban. 1740 dan 1966. bacalah sendiri ada apa di indonesia pada tahun-tahun itu. hei, saya sudah bilang sebelumnya bahwa sejarah tidak pernah dituliskan dengan gembira kan? sedikit kekecewaan adalah tidak adanya pembahasan bagaimana arsitektur cina [tionghoa] ini bersitegang dengan arsitektur tradisional indonesia atau jawa pada khususnya. ada memang sebuah bab yang membandingkan antara arsitektur cina [tionghoa] di indonesia dengan rumah joglo misalnya. tapi saya tetap tidak menemukan bagaimana mereka saling mempengaruhi satu sama lain. ini sebuah resensi. tapi saya tidak bisa menahan diri untuk mengambil sebuah kesimpulan bahwa kebutuhan tetap menjadi agen utama dari perkembangan arsitektur dan atau kota. pragmatisme kemudian mengambil alih konsep-konsep ruang dalam arsitektur, bukan hanya, cina [tionghoa], tapi juga arsitektur di mana pun. lebih jauh bahkan sikap pragmatis inilah yang kemudian membuat konsep kepercayaan feng shui orang cina jatuh dari sebuah perhitungan yang ilmiah dan rasional menjadi dukun berjubah kuning dan pedang koin seperti yang sering kita lihat di film-film mandarin lama. saya menyarankan anda membaca buku ini bukan untuk membuat anda menjadi ahli feng shui atau dukun berjubah kuning tadi, tapi demi memahami bahwa sebenarnya arsitektur adalah pantulan dari kehidupan itu sendiri. bahwa hal-hal yang menyedihkan terjadi, itu akan selalu begitu. tapi walau begitu, kita masih tetap bisa bernyanyi seperti sinta dan jojo kan? atau briptu norman kamaru.

    Kata Kunci
    Tersedia di Perpustakaan Kampus:
    • Kalimalang
    Silahkan Login untuk dapat Melakukan Peminjaman Online
Kode Buku : 214265
Kode Klasifikasi : 720
Judul Buku : Arsitektur tradisional tionghoa dan perkembangan kota
Edisi : -
Penulis : Pratiwo
Penerbit : Ombak
Bahasa : Indonesia
Tahun : 2010
ISBN : 978-602-8335-34-8
Tajuk Subjek : Arsitektur
Deskripsi : xx, 306 hlm. ; 21 cm
Eksemplar : 1
Stok : 1
Petugas : Warnida, A.Md
sejarah tidak pernah dituliskan dengan gembira. setidaknya, tidak segembira sinta dan jojo. atau norman kamaru. briptu yang bergoyang india. sejarah selalu dituliskan dengan tinta darah. dan air mata. begitulah kesan pertama yang saya dapat ketika mulai membaca buku ini di bab-bab awal.

tapi buku ini menjadi penting karena dari sini kita bisa tahu bahwa feng shui yang menjadi panduan kehidupan – juga penataan ruang – orang cina tidak berangkat dari mumbo jumbo atau takhayul. kondisi geografis di cina sanalah yang menjadi dasarnya. laut cina di selatan, laut pasifik di timur, gurun gobi di utara, dan pegunungan himalaya di barat. kalau kemudian ini diterjemahkan sebagai phoenix merah, naga biru, kura-kura hitam, dan macan putih, saya rasa hanyalah simbol untuk memudahkan komunikasi saja. mirip dengan lambang phi, beta, atau gamma dalam matematika dan fisika.

berangkat dari sini, kita kemudian bisa menelusuri bagaimana orang-orang cina [tionghoa] kemudian mengejawantahkan feng shui ini pada kondisi geografis di indonesia yang tentu saja berbeda dengan cina dan, selanjutnya, pada kondisi-kondisi mikro – rumah dan lanskapnya.

buku ini secara khusus mengambil sampel di kota semarang dan lasem untuk membandingkan perkembangan arsitektur tionghoa di indonesia di kota besar dan kota yang lebih kecil. dari sini penulisnya – pratiwo – akan bergerak ke sembilan kota lain di pesisir timur laut jawa tengah. kita akan dibawa berwisata ke pecinan-pecinan di bunyaran, demak, kudus, pati, juwana, rembang, welahan, jepara, dan tayu – selain semarang dan lasem tentunya.

secara minor akan dibahas juga bagaimana arsitektur itu sebenarnya tidak pernah monolitik. selain kondisi geografis indonesia, atau jawa khususnya, kita akan bersimpangan juga dengan arsitektur kolonial yang dibawa arsitek-arsitek belanda. bahkan kita akan lihat bagaimana pemerintah dengan kebijakan-kebijakannya akan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur dan kota. tidak hanya kebijakan pemerintah belanda, tapi juga pemerintah indonesia di masa orde baru. jadi benarlah sebuah pameo bahwa selain bencana alam dan hama wereng, negara – dengan pemerintah sebagai aparatnya – juga memberikan sumbangan yang tidak sedikit pada kacaunya peradaban. 1740 dan 1966. bacalah sendiri ada apa di indonesia pada tahun-tahun itu.

hei, saya sudah bilang sebelumnya bahwa sejarah tidak pernah dituliskan dengan gembira kan?

sedikit kekecewaan adalah tidak adanya pembahasan bagaimana arsitektur cina [tionghoa] ini bersitegang dengan arsitektur tradisional indonesia atau jawa pada khususnya. ada memang sebuah bab yang membandingkan antara arsitektur cina [tionghoa] di indonesia dengan rumah joglo misalnya. tapi saya tetap tidak menemukan bagaimana mereka saling mempengaruhi satu sama lain.

ini sebuah resensi. tapi saya tidak bisa menahan diri untuk mengambil sebuah kesimpulan bahwa kebutuhan tetap menjadi agen utama dari perkembangan arsitektur dan atau kota. pragmatisme kemudian mengambil alih konsep-konsep ruang dalam arsitektur, bukan hanya, cina [tionghoa], tapi juga arsitektur di mana pun. lebih jauh bahkan sikap pragmatis inilah yang kemudian membuat konsep kepercayaan feng shui orang cina jatuh dari sebuah perhitungan yang ilmiah dan rasional menjadi dukun berjubah kuning dan pedang koin seperti yang sering kita lihat di film-film mandarin lama.

saya menyarankan anda membaca buku ini bukan untuk membuat anda menjadi ahli feng shui atau dukun berjubah kuning tadi, tapi demi memahami bahwa sebenarnya arsitektur adalah pantulan dari kehidupan itu sendiri. bahwa hal-hal yang menyedihkan terjadi, itu akan selalu begitu. tapi walau begitu, kita masih tetap bisa bernyanyi seperti sinta dan jojo kan? atau briptu norman kamaru.
Terkait Subjek Buku yang sama

TENTANG PERPUSTAKAAN


PERPUSTAKAAN UBSI


Perpustakaan Universitas Bina Sarana Informatika merupakan layanan yang diberikan kepada civitas akademik khususnya mahasiswa untuk memperoleh informasi seperti buku, majalah, jurnal, prosiding, dll.

INFORMASI


Alamat : Jl. Kramat Raya No.98, Senen, Jakarta Pusat

Telp : +6285777854809

Email : perpustakaan@bsi.ac.id

IG : @perpustakaan_ubsi

Jam Operasional
Senin - Jumat : 08.00 s/d 20.00 WIB
Isitirahat Siang : 12.00 s/d 13.00 WIB
Istirahat Sore : 18.00 s/d 19.00 WIB

LINK TERKAIT


LPPM UBSI

Repository UBSI

E-Journal UBSI

E-Learning UBSI

Kemahasiswaan UBSI

Perpustakaan Nasional

e-Resources

Copyright © 2024 Perpustakaan Universitas Bina Sarana Informatika